Awalnya aku iri padamu kawan.
Aku iri pada semua anak didunia
yang memiliki orang tua yang menyayangi anaknya
dan selalu ada
untuk keluarganya.
Bisa bercerita tentang masa ini dengan penuh
tawa pada ayah itu pasti asyik.
Atau bisa curhat tentang keluh
kesahku pada ibu
itu juga pasti lebih asyik dan menyenangkan dari
pada curhat kepada teman.
Tidakkah ia ngat denganku yang masih
remaja dan membutuhkan perhatian lebih ?
aku ini remaja labil
kawan,
sedkit disentuh langsung terjatuh.
Aku butuh ibu yang
bisa mendengarkan semua cerita dan keluh kesahku.
Kadang aku iri
padamu kawan...
ketika melihat ibu kalian membesuk kalian dan
membelai halus jemari kalian,
memeluk penuh kasih.....
Dan
disini terlintas dalam pikirku,
keberadaanku disini
mungkin
karna orangtuaku telah melepaskan tanggung jawabnya kepada sebuah
lembaga,
ia tak lagi memberi kabar untukku,
dan aku
dijauhkan dari dunia hobbyku...
Terlebih lagi ayahku,
terkadang
ia pergi untuk pengembaraannya dan aku selalu tak sempat mendapat tanya
dan tawa darinya...
dan ketika ia berada d rumah,
aku
mencoba mengobrol dengannya.
Ia hanya menjawab “ hhhhmm” lalu
beberapa saat diam.
Lalu berkata “ tadi gomong apa ?” lau sibuk
dengan apa yang ia kerjakan.
Kawan, sekali lagi ku katakan padamu,
aku
ini remaja labil.
Aku butuh seorang lelaki yang bisa membuat aku
tertawa dan melupakan tumpukan tugas dan PR dari sekolahku untuk
beberapa saat.
Ya, au iri padamu kawan.
Sampai saat ini
ketika sebentar lagi umurku akan merubah statusku.
Dari remaja
menjadi dewasa, ya... usiaku 16 tahun.
Saat ini, saat aku berusia
16 tahun.
Aku bicara dengan ayah dan ibuku.
Kali ini kami
saling menatap wajah.
Aku berbicara banyak hal pada mereka.
Aku
tanyakan semua pertanyaan yang selalu ku pendam selama ini.
Rasanya
nyaman kawan. Nyaman sekali rasanya bisa mengobrol dengan ayah dan ibu.
Tetapi,
walaupun aku senang,
Saat itu aku melihat wajah ayah dan ibuku
dengan seksama.
Kau tau kawan ? mata mereka kini tidak lagi cerah
seperti dulu,
matanya menyiratkan kelelahan.
Kulit mereka
tidak lagi segar,
kini mulai tumbuh keriput-keriput kecil disisi
mata kanan dan kirinya.
Ya alloh... saat itu aku berpikir...
apakah
wajah kelelahan itu untuuku ?
ya kawan, semuanya untukkusetiap
hari mereka berjuang untukku,
berjuag agar aku bisa sekolah dan
bisa menabung untuk masa depanku.
Dan karena aku tidak menyadari
semua itu,
aku biarkan ibuku mengambil rapor sekolahku dengn
nilaiku yang tidak memuaskan.
Tapi apa katanya kawan ? “ tak
apa-apa nak, masih ada semester depan untuk kamu bisa merubahnya,
belajarlah lebih rajin”
ya. Itulah yang ia katakan, ia selalu
memotivasiku.
Maka pantaskah aku berharap untuk dibuat tertawa
oleh mereka?
Pantaskah aku jejali hari-hari melelahkan mereka
dengan cerita-ceritaku yang membosankan ?
seharusnya aku yang
membuat mereka bahagia dan membuat mereka tertawa.
Ya, aku
seharusnya berpikir lebih dewasa. Ayah, ibu maapkan aku.
Dan detik
ini juga kawan,
aku tidak berpikir bahwa aku iri padamu,
tapi
aku bangga karena aku punya orangtua terbaik di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar