Minggu, 13 Mei 2012

Orang Tua Terbaik Di Dunia

Awalnya aku iri padamu kawan.
Aku iri pada semua anak didunia yang memiliki orang tua yang menyayangi anaknya
dan selalu ada untuk keluarganya.
Bisa bercerita tentang masa ini dengan penuh tawa pada ayah itu pasti asyik.
Atau bisa curhat tentang keluh kesahku pada ibu
itu juga pasti lebih asyik dan menyenangkan dari pada curhat kepada teman.
Tidakkah ia ngat denganku yang masih remaja dan membutuhkan perhatian lebih ?
aku ini remaja labil kawan,
sedkit disentuh langsung terjatuh.
Aku butuh ibu yang bisa mendengarkan semua cerita dan keluh kesahku.
Kadang aku iri padamu kawan...
ketika melihat ibu kalian membesuk kalian dan membelai halus jemari kalian,
memeluk penuh kasih.....
Dan disini terlintas dalam pikirku,
keberadaanku disini
mungkin karna orangtuaku telah melepaskan tanggung jawabnya kepada sebuah lembaga,
ia tak lagi memberi kabar untukku,
dan aku dijauhkan dari dunia hobbyku...
Terlebih lagi ayahku,
terkadang ia pergi untuk pengembaraannya dan aku selalu tak sempat mendapat tanya dan tawa darinya...
dan ketika ia berada d rumah,
aku mencoba mengobrol dengannya.
Ia hanya menjawab “ hhhhmm” lalu beberapa saat diam.
Lalu berkata “ tadi gomong apa ?” lau sibuk dengan apa yang ia kerjakan.
Kawan, sekali lagi ku katakan padamu,
aku ini remaja labil.
Aku butuh seorang lelaki yang bisa membuat aku tertawa dan melupakan tumpukan tugas dan PR dari sekolahku untuk beberapa saat.
Ya, au iri padamu kawan.
Sampai saat ini ketika sebentar lagi umurku akan merubah statusku.
Dari remaja menjadi dewasa, ya... usiaku 16 tahun.
Saat ini, saat aku berusia 16 tahun.
Aku bicara dengan ayah dan ibuku.
Kali ini kami saling menatap wajah.
Aku berbicara banyak hal pada mereka.
Aku tanyakan semua pertanyaan yang selalu ku pendam selama ini.
Rasanya nyaman kawan. Nyaman sekali rasanya bisa mengobrol dengan ayah dan ibu.
Tetapi, walaupun aku senang,
Saat itu aku melihat wajah ayah dan ibuku dengan seksama.
Kau tau kawan ? mata mereka kini tidak lagi cerah seperti dulu,
matanya menyiratkan kelelahan.
Kulit mereka tidak lagi segar,
kini mulai tumbuh keriput-keriput kecil disisi mata kanan dan kirinya.
Ya alloh... saat itu aku berpikir...
apakah wajah kelelahan itu untuuku ?
ya kawan, semuanya untukkusetiap hari mereka berjuang untukku,
berjuag agar aku bisa sekolah dan bisa menabung untuk masa depanku.
Dan karena aku tidak menyadari semua itu,
aku biarkan ibuku mengambil rapor sekolahku dengn nilaiku yang tidak memuaskan.
Tapi apa katanya kawan ? “ tak apa-apa nak, masih ada semester depan untuk kamu bisa merubahnya, belajarlah lebih rajin”
ya. Itulah yang ia katakan, ia selalu memotivasiku.
Maka pantaskah aku berharap untuk dibuat tertawa oleh mereka?
Pantaskah aku jejali hari-hari melelahkan mereka dengan cerita-ceritaku yang membosankan ?
seharusnya aku yang membuat mereka bahagia  dan membuat mereka tertawa.
Ya, aku seharusnya berpikir lebih dewasa. Ayah, ibu maapkan aku.
Dan detik ini juga kawan,
aku tidak berpikir bahwa aku iri padamu,
tapi aku bangga karena aku punya orangtua terbaik di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar